CeritaRakyat Alue Naga Asal Aceh. TRIBUNJATENG.COM - Berikut cerita Aluenaga, cerita rakyat asal Aceh. Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang sultan bernama Meurah. Dia kerap berkunjung ke
Secaralebih spesifik, cerita rakyat Naga Erau berasal dari Tenggarong, yakni ibu kota dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Legendanya sendiri mengisahkan tentang dua sosok, yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti dan Putri Karang Melenu. Dalam artikel ini, kamu akan menjumpai kisah lengkap dari dongeng legendaris tersebut.
CeritaRakyat Alue Naga. Zaman dahulu kala seseorang yang bernama Sultan Meurah datang berkunjung ke suatu daerah pedesaan yang lokasinya berada di pinggiran Kuta Raja. Banyak sekali rakyat yang mengeluh karena hewan ternaknya hilang. Bahkan gempa yang membahayakan orang-orang di sekelilingnya seringkali terjadi.
Renggalitidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang terhunus di tubuh naga dan meminta si naga kembali ke kampung halamannya. Pada 'bukit' bekas tubuh naga terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Sultan Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga. 4. Cerita Rakyat Sangkuriang, Jawa Barat
Sambilmenangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.
4 Kancil. Kancil menjadi tokoh paling populer di antara tokoh dongeng anak Indonesia. Dongeng Kancil ada banyak, Bunda. Mulai dari Kancil dan Buaya, Kancil dan Harimau, hingga Kancil dan Petani. Pesan moral yang terkandung dalam dongeng Kancil adalah jangan pernah menganggap remeh seseorang yang kecil.
. Uploaded byhilminato 0% found this document useful 0 votes227 views1 pageDescriptionAlue nagaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes227 views1 pageCerita Rakyat Alue NagaUploaded byhilminato DescriptionAlue nagaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel the full document with a free trial!Continue Reading with Trial
OLEH AMRULLAH BUSTAMAM, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh Gampong Alue Naga di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, ternyata punya legenda menarik tentang naga. Saat menelusuri literasi, saya dapatkan dua versi cerita rakyat terkait asal-usul istilah Alue Naga ini. Versi pertama, legenda yang mengisahkan tentang sang Naga Hijau dari Kerajaan Linge. Naga tersebut konon berkhianat pada sahabatnya, yakni Raja Linge. Karena berkhianat, naga mendapat tusukan pedang raja di tubuhnya setelah berkelahi gegara sang naga memakan seluruh kerbau putih yang merupakan amanah Tuan Tapa dari Selatan. Kerbau putih itu dititipkan pada Raja Linge untuk diserahkan kepada Sultan Alam. Di akhir cerita, meski sang naga meminta untuk dihukum oleh Renggali yang merupakan putra Raja Linge, tapi naga yang telah lama menjelma jadi sebuah bukit di kawasan Lamnyong itu-setelah sekian lama tak bisa bergerak akibat tusukan raja–justru dilepaskan Renggali untuk kembali ke asalnya. Ia tak ingin membunuh naga tersebut. Alasan utamanya adalah sang naga adalah sahabat ayahnya. Raja Linge saja tidak tega membunuh sang naga, apalagi Renggali, anak beliau. Maka, pulanglah sang naga ke asalnya. Sembari menangis, naga tersebut menggeser tubuhnya yang terluka dan bergerak perlahan menuju laut. Di tempat yang ia lewati itulah terbentuk sebuah alur atau sungai kecil. Kemudian, daerah inilah yang disebut Alue Naga. Cerita versi ini sudah diekspoe sejak tahun 2018 di laman web bahkan kisah Alue Naga ini sudah diangkat menjadi film kartu di channel Youtube Dongeng Kita dan Chanel Legenda dari Negeri Aceh Alue Naga. Versi kedua tentang asal-usul nama Alue Naga ini berawal dari ujung paling utara Pulau Perca Andalas/Sumatra sekarang. Terdapatlah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Alam, rajanya berjuluk Mahkota Alam Meukuta Alam, sedangkan ibu kotanya bernama Kota Alam Kuta Alam. Sang Raja memiliki sahabat, yaitu seekor naga hijau. Kerajaan Alam ini sangat makmur karena letaknya sangat stategis, yakni terletak di ujung selat yang sangat ramai. Di sebelah timur Kerajaan Alam dipisahkan oleh sebuah sungai terdapat sebuah kerajaan lain yang bernama Kerajaan Pedir yang merupakan saingan Kerajaan Alam. Suatu ketika Kerajaan Pedir melakukan gangguan melalui jalur laut, tapi selalu kalah. Pasukan Kerajaan Pedir sendiri tidak bisa memasuki wilayah Kerajaan Alam karena di sisi sungai yang memisahkan kedua kerajaan tersebut hidup naga sakti bernama Sabang. Raja Pedir sangat kesal dan memanggil dua orang jagoan yang mampu menghadapi naga Sabang. Mereka adalah dua raksasa sangat sakti yang bernama Seulawah Agam dan Seulawah Inong. Singkat cerita, pada saat yang ditentukan, terjadilah pertarungan di perbatasan antara Kerajaan Alam dan Kerajaan Pedir disaksikan oleh rakyat kedua kerajaan tersebut. Pertarungan dua lawan satu berakhir dengan tertebasnya leher naga. Kemudian, Seulawah Agam melemparkan kepala naga Sabang ke arah utara. Lemparan kepala naga tersebut jatuh di darat Kerajaan Alam, tapi terus berguling membentuk sebuah alur dan berhenti di tepi pantai utara Kerajaan Alam. Lokasi alur bergulingnya kepala naga Sabang menjadi sungai yang pada muaranya itu kelak dikenal dengan nama Alue Naga. Pra dan pascatsunami Alue Naga merupakan kawasan yang sering mengundang sensasi dan menarik banyak peneliti untuk datang ke sini. Sebelum tsunami, Alue Naga terkenal karena kisah Pulau Diamat yang sekarang menjadi Dusun Po Diamat. Dusun ini terletak di pesisir ujung Krueng Cut Gampong Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Dulunya dusun ini merupakan tempat pengasingan penduduk yang memiliki riwayat penyakit kusta atau lepra sejak tahun 1960. Pulau Diamat ini merupakan pulau pengasingan bagi pengidap kusta yang berasal dari berbagai daerah di Aceh, tapi pascatsunami hanya tinggal lima orang lagi. Alhamdulillah kondisi mereka sudah sembuh semua dan setiap tahunnya secara khusus Baitul Mal Kota Banda Aceh membantu masyarakat yang memiliki riwayat penyakit tersebut. Melalui senif fakir uzur disantuni per tiga bulan guna membantu ekonomi mareka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selanjutnya kasus tanah erfach, banyaknya tanah erfach dengan statusnya yang tidak jelas pascatsunami berimbas pada telatnya proses rehab rekon di Gampong Alue Naga saat itu. Untuk menyelesaikannnya, salah satu Forum NGO Luar Negeri yang tergabung dalam Aceh Habitat Club coba menggagas penelitian dan diskusi untuk mencari solusi terkait percepatan pembangun di Alue Naga yang luluh lantak saat tsunami 2004 dan menghilangkan infrastruktur tanah meliputi lebih kurang hektare persil tanah. Banyak NGO Asing yang telah berpartisipasi di Alue Naga saat itu, seperti CRS, Muslim Aid, Mercy Corp, Caritas Germany, Save The Children, Oxfam, Kerap/P2KP. dan yang paling konsiten adalah BRR NAD-Nias. Khusus untuk Dusun Podiamat dan Kutaran, tepatnya di Timur Gampong Alue Naga, secara umum 80% persil tanahnya sudah hilang karena hantaman besar tsunami. Di sisi lain masih banyak warga dari kedua dusun ini masih selamat. Persoalan selanjutnya adalah para warga dari dusun ini yang kebanyakan adalah pelaut tidak mau direlokasi ke bukit Neuheun yang sudah didirikan bangunan rumah bantuan. Masyarakat bersikeras bertahan di barak-barak pengungsi. Yang menarik dari adalah masyarakat Alue Naga menyebutkan bahwa mereka adalah pelaut dan tidak mungkin tinggal di bukit, “Maka bawalah bukit itu ke sini Alue Naga bangun kembali gampong kami,” pinta mereka. Untuk menyelesaikan polemik membutuhkan waktu yang cukup lama hal ini karena terkait pengeluaran dana yang cukup besar untuk menimbun kembali lokasi yang sudah menjadi laut pasca tsunami. BRR NAD Nias melalui Satker Perkim akhirnya mengabulkan keinginan masyarakat Alue Naga dan ditimbunlah dua dusun tersebut dengan tanah dan batu dari bukit Ujong Bate. Hasil akhirnya biasa kita lihat sekarang berdirinya puluhan rumah di empat dusun Gampong Alue Naga ini lengkap dengan prasarana lainnya, seperti meunasah, sekolah, dan lainnya. Ada beberapa harapan dari warga Alue Naga yang belum terlaksana kiranya dan membutuhkan perhatian serius dari Pemko Banda Aceh, Pertama, harapan dari perangkat Gampong Alue Naga, sekiranya lokasi Alue Naga dapat dirawat menjadi aset wisata halal sembari meningkatkan perekonomian warga setempat. Harapan ini tampaknya akan segera terealisasi kiranya, karena pihak pemko melalui Dinas Pariwisata Kota banda Aceh telah berencana memugar kembali semua aset wisata dimulai dari barat Ulee Lheue sampai ke timur Alue Naga. Kedua, harapan akan dibangunnya kembali jembatan penghubung dari dusun Kutaran, Podiamat ke Dusun Musafir, Bunot. Jembatan ini pernah dibangun pada masa Presiden Soeharto tapi telah hancur karena terjangan tsunami dan sampai sekarang tidak dibangun kembali. Dan harapan-harapan lainnya seperti yang sudah tercetak dalam blueprint pascatsunami. Alue Naga adalah Mutiara yang dilupakan dan di sia-siakan Pemko Banda Aceh selama ini. Semoga pembangunan Kota Banda Aceh terus berkembang. *
Si Naga Hijau memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa ia adalah sahabat dari ayahnya. Selama ini Raja Linge hilang, dan ia terakhir kali diketahui bersama dengan Si Naga Hijau. Baca Juga Hak Asuh Gala Sky Jatuh ke Tangan Haji Faisal, Fuji Ungkapkan Rasa Syukur Ketika Renggali bertanya di mana ayahnya, naga meminta Renggali untuk memanggilkan Sultan Alam. Renggali kembali ke istana dan menceritakan kejadian tersebut kepada Sultan Meurah. Sultan Merah pun setuju menemui naga di bukit Lamyong. Sesampainya di sana si naga menceritakan kejadian yang sebenarnya, bahwa ia telah membunuh Raja Linge dan jasad sang raja ada di bawah tubuhnya. Baca Juga Nomor Telepon dan Link Website Posko THR Virtual 2022, Bisa untuk Pengaduan Saat itu naga tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena ada pedang Raja Linge yang terhunus di tubuhnya. Renggali tidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang terhunus di tubuh naga dan meminta sang naga kembali ke kampung halamannya. Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya dipenuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya. Pada bukit’ bekas tubuh naga terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Kemudian Sultan Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga.*** Terkini
Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya. "Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain. Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah Sultan. Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling. "Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara gemuruh. Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan. "Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran. "Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?" tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu. "Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantas dihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, "bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali. "Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan gemuk. Karena ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2 ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge membunuhnya. Dalam perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya," cerita naga sambil berurai air mata. "Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," jelas sang naga. "Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah. Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. "Hukumlah hamba Sultan Meurah!" Pinta Naga Hijau. "Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!" Perintah Sultan Meurah. Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya. Cerita Lainnnya ==>> Legenda Lutung Kasarung
cerita rakyat alue naga